BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak awal 1990-an para pakar yang aktif dalam upaya Safe
Motherhood mengatakan bahwa pendekatan risiko, yang mengelompokkan ibu
hamil dalam kelompok tidak berisiko dan berisiko, sebaiknya tidak digunakan
lagi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian ibu
disebabkan komplikasi obstetrik, yang sering tak diramalkan saat kehamilan.
Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan. Banyak di
antara ibu yang tidak dikategorikan berisiko, ternyata mengalami komplikasi;
dan sebaliknya, di antara ibu yang dikategorikan berisiko, ternyata persalinannya
berlangsung normal. Karena itu pendekatan yang dianjurkan adalah menganggap
semua kehamilan itu berisiko dan setiap ibu hamil agar mempunyai akses ke
pertolongan persalinan yang aman dan pelayanan obstetri. Diperkirakan 15%
kehamilan akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetric, yang
dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani dengan
memadai. (Abdul Bari S., 2002)
Setiap tahun kira-kira 3,5 juta kehamilan mencapai
viabilitas (gestasi 22 sampai 24 minggu), tetapi dari angka ini sedikitnya
30.000 janin gagal bertahan hidup. Kira-kira dengan jumlah yang sama, bayi baru
lahir meninggal selama bulan pertama kehidupan. Kehamilan Risiko Tinggi
merupakan salah satu masalah paling kritis dalam asuhan keperawatan dan medis
modern. Penekanan diberikan pada keamanan kelahiran janin normal yang dapat
berkembang sampai potensial maksimum mereka.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah kami, yaitu :
1.
Apakah
yang dimaksud dengan deteksi dini?
2.
Bagiamanakah alat
deteksi dini komplikasi hamil lanjut – persalinan?
C.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan dalam makalah kami, yaitu :
1.
Untuk
mengetahui pengertian deteksi dini.
2.
Untuk
mengetahui alat deteksi dini komplikasi
hamil lanjut – persalinan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Deteksi Dini
1.
Pengertian Deteksi Dini
PP No. 50/2005
Upaya memberitahukan kepada warga yang berpotensi dilanda suatu masalah
untuk
menyiagakan merak dalam menghadapi kondisi dan situasi suatu masalah.
B.
Tujuan deteksi
dini
a.
Deteksi dini
jika ada komplikasi kehamilan.
b.
Mempertahankan meningkatkan kesehatan selam
kehamilan.
c.
Mempersiapkan
mental dan fisik dalam menghadapi persalinan.
d.
Mengetahui
berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya.
e.
Meningkatkan
kesehatan janin dan mencegah janin lahir premature, berat
badan lahir
rendah, lahir mati ataupun mengalami kematian saat hamil.
2.
Cara Deteksi
Dini
a.
Pemahaman
konflik yang sudah pernah terjadi (database konflik).
b.
Koordinasi antar instansi yang terkait.
c.
Peran serta
masyarakat.
C.
Alat Deteksi
Dini Komplikasi Hamil Lanjut – Persalinan
1.
Kartu Prakiraan
Persalinan “Soedarto” (KPPS)
Untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas system scoring mengenai
cara. Persalinan yang di butuhkan, harus ditambahkan satu alat yang mudah
digunakan dan dapat memperkirakan terjadinya distosia (persalinan sulit atau
disfungsional) sebelum persalinan dimulai, sehingga rujukan terlambat dapat
dicegah. Alat tersebut adalah kartu prakiraan persalinan yang dikembangkan oleh
Soedarto.
2.
Cara pengukuran
:
a.
Dilakukan pada
ibu hamil aterm (>38 minggu), janin tunggal, preskep tanpa
kelainan yang berpengaruh terhadap pengukuran misalnya hidrosefalus,
plasenta
previa dll.
b.
Dilakukan
pengukuran TFU : hasil di plot pada sumbu “tinggi fundus uteri”.
c.
Dilakukan
pengukuran telapak kaki kanan terpanjang : hasil di plot pada sumbu“panjang
telapak kaki kanan” perpotonga grafiknya terdiri dari 4 area / daerah, yaitu
Hijau tua, Hijau Muda, Kuning dan Merah.
3.
Penilaian
Adapun menurut Kartu Prakiraan Persalinan “Soedarto” (KPPS) penilaian
dengan cara berikut:
a.
Perpotongan
proyeksi kedua pengukuran pada grafik akan jatuh pada salah satu
Daerah.
b.
Untuk menentukan
terjadinya disproporsi sefalopelvik.
c.
Tempat
persalinan
1)
Daerah
Hijau tua menunjukkan distosia
hampir tidak mungkin terjadi, persalinan di rumah masih bisa dilakukan
dengan aman.
2)
Daerah
hijau muda menunjukkan kejadian
distosia jarang terjadi, persalinan di rimah dapat dilakukan tetapi harus
dengan pengawasan.
3)
Daerah
kuning menunjukkan distosia
sering terjadi, persalinan harus ditangani tenaga kesehatan atau harus dirujuk.
4)
Daerah
merah menunjukkan distosia
kemungkinan besar terjadi, rujukan mutlak di lakukan. (Poedji Rochjati, 2003)
4.
Contoh
Gambar Kartu Soedarto


BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Untuk meningkatkan sensitivitas dan
spesifitas system scoring mengenai cara persalinan yang dibutuhkan, harus
ditambahkan satu alat yang mudah digunakan dan dapat memperkirakan terjadinya
distosia (persalinan sulit atau disfungsional) sebelum perswalinan dimulai,
sehingga rujukan terlambat dapat dicegah. Alat tersebut adalah kartu prakiraan
persalinan yang dikembangkan oleh soedarto.Grafiknya terdiri dari 4 area /
daerah, yaitu: hijau tua, hijau muda, kuning, dan merah.
2.
Saran
Dengan mengetahui Kartu Prakiraan Persalinan “Soedarto” (KPPS), dapat memperkirakan
terjadinya distosia (persalinan sulit atau disfungsional) sebelum persalinan
dimulai, sehingga rujukan terlambat dapat dicegah diharapkan angka kematian ibu dan perinatal yang sebagian
besar terjadi pada saat pertolongan pertama dapat diturunkan secara bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham,
Gary. 2006. Obstetri Williams. EGC :
Jakarta.
Mochtar,
Rustam. 1998. Sinopsi Obstetri. EGC : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar