BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu berkaitan erat dengan
tingginya kasus kehamilan resiko tinggi, yaitu yang menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi besar yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan maupun pada masa nifas
(Hadijanto, 2008).
Adapun penyebab dari tingginya angka
kematian ibu di dunia dapat dikelompokan menjadi dua yaitu penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung meliputi perdarahan (11%),
partus lama (9%), dan penyebab lainnya (15%). Sedangkan penyebab tidak langsung
diantaranya: faktor pendidikan rendah, sosial, ekonomi rendah, sistem pelayanan
kesehatan yang kurang memadai dan lain-lain (Manuaba, 2008).
Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyatakan bahwa angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran
hidup (Depkes RI, 2012). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah
perdarahan sebesar 27%, eklamsia sebesar 23%, infeksi sebesar 11%, partus lama
macet sebesar 5%, emboli obstetrik sebesar 5%, komplikasi saat nifas sebesar
8%, dan lain lain sebesar 11%
(Depkes RI, 2007).
Penyebab langsung kematian ibu oleh
karena perdarahan sampai saat ini masih memegang peran penting sebagai penyebab
utama kematian maternal, sekalipun dinegara maju, terutama pada kelompok sosial
ekonomi lemah. Perdarahan dapat terjadi sebelum persalinan (antepartum bleeding) seperti abortus,
plasenta previa, dan solusio plasenta, dan inversi uterus (Hadijanto, 2008).
Plasenta previa adalah plasenta yang
implantasi atau letaknya tidak normal, tumbuh pada segmen bawah rahim, pada
zona dilatasi, sehingga menghubungkan atau menutupi seluruh atau sebagian dari
ostium uteri internum. Plasenta yang normal terletak atau berimplantasi lebih
dari 2 cm dari ostium uteri internum. Sejalan dengan bertambah membesarnya
rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta
yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan
segmen bawah rahim setelah plasenta tersebut bermigrasi (Wardana GA, Karkata
MK, 2007).
Penyebab plasenta previa di Indonesia
masih sangat tinggi karena di sebabkan oleh banyak melahirkan anak menurut
Wardana dan Karkata (2002). Paritas terhadap kejadian plasenta previa lebih
besar karena dipengaruhi oleh umur, paritas, riwayat abortus, dan riwayat
seksio saesarea, plasenta previa pada ibu yang berumur 35 tahun 2 kali lebih
besar, multivaritas beresiko sebesar 1,3 kali, sedangkan riwayat abortus resiko
plasenta previa sebesar 4 kali dan pada riwayat seksio saesarea tidak ditemukan
faktor resiko terjadinya plasenta previa (Sari, 2008).
Berbagai upaya pemerintah telah
dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita
melalui program Jampersal (Jaminan Persalinan) yang digulirkan sejak 2011.
Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas
serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan.
Angka Kematian Ibu di kota Tasikmalaya
tersendiri masih cukup tinggi, memperhitungkan bahwa AKI Keseluruhan
diakibatkan oleh Perdarahan, Abortus, Anemia, di Kota Tasikmalaya pada Tahun
2015 sebanyak 29 orang dan AKB sebanyak 147 orang. Rumah sakit umum Dr.
Soekardjo Tasikmalaya merupakan rumah sakit tingkat kabupaten kota kelas B yang
sudah memiliki Pelayanan Obstetri dan Neonatal Komprehensif (PONEK).
Berdasarkan data yang diperoleh dari bulan Januari sampai Desember 2015,
terdapat ibu hamil dengan plasenta previa sebanyak 18 kasus (Rekam Medik RSUD
Dr. Soekardjo, 2016).
Berdasarkan data diatas, penulis
tertarik untuk mengambil Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Hamil dengan Plasenta Previa Totalis di Ruang 1 RSUD dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya” dengan menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah Varney.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah kami
adalah “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. Y G2P1A0 umur 35 tahun hamil 38 minggu dengan plasenta
previa totalis di BPM Poltekkes
Kemenkes Palembang?
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada
ibu hamil dengan plasenta previa totalis di ruang mawar BPM Poltekkes Palembang.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu :
1)
Melaksanakan pengkajian
data dasar terhadap ibu hamil umur 35
tahun hamil 38
minggu dengan plasenta previa totalis secara lengkap dan sistematis.
2)
Melakukan interpretasi
data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu
hamil umur 35
tahun hamil 38
minggu dengan plasenta previa totalis.
3)
Menentukan diagnosa potensial
pada ibu hamil umur 35
tahun hamil 38
minggu dengan plasenta previa totalis.
4)
Melaksanakan antisipasi
atau kebutuhan yang memerlukan penanganan segera pada ibu hamil umur 35 tahun hamil 38 minggu dengan plasenta
previa totalis.
5)
Merencanakan asuhan
kebidanan menyeluruh pada ibu hamil umur 35
tahun hamil 38
minggu dengan plasenta previa totalis.
6)
Melakukan evaluasi yang
menyeluruh terhadap asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil umur 35 tahun hamil 38 minggu dengan plasenta
previa totalis.
D. Manfaat
1.
Manfaat Teoritis
Makalah ini
diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan landasan teori mengenai
plasenta previa.
2.
Praktis
Makalah ini diharapkan mampu memberikan landasan
ilmiah dalam penanganan pada kondisi plasenta previa.
3.
Bagi Pasien
Dapat memberikan informasi khususnya
pada ibu hamil tentang tanda-tanda perdarahan yang abnormal yang terjadi pada
saat kehamilan khususnya kasus perdarahan dengan plasenta previa totalis
sehingga mendapat penanganan segera mungkin untuk menghindari kegawat daruratan
dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
4.
Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
plasenta previa sehingga dapat menigkatkan mutu layanan kebidanan di Rumah
Sakit.
5.
Bagi Institusi
Dapat menambah referensi dan sumber
bacaan di perpustakaan tentang rencana dan penatalaksanaan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan plasenta previa.
6.
Bagi Profesi
Dapat digunakan sebagai masukan bagi
profesi bidan untuk meningkatkan mutu pelayanan profesi sesuai standar asuhan
kebidanan dan pelaksanaan deteksi, serta penanganan kegawat daruratan karena
plasenta previa.
7.
Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman yang
nyata, serta keterampilan bagi penulis tentang penatalaksanaan asuhan kebidanan
dengan plasenta
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep Dasar Plasenta Previa
2.1 Definisi
Plasenta previa
berasal dari kata prae yang
berarti depan dan vias yang berarti jalan, jadi artinya di
depan jalan lahir atau menutupi jalan lahir (Marta adi soebrata, 2008).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Jurnal kesehatan Poltekkes Surakarta. Agustus
(2015).
Sejalan dengan bertambah membesarnya
segmen bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim
seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar
dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang
tertutup oleh plasenta (Ari, 2009).
2.2 Klasifikasi
1.
Plasenta previa totalis : Seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta.
2.
Plasenta previa
parsialis :
Hanya sebagian dari ostium yang tertutup oleh plasenta.
3.
Plasenta previa
marginalis: Hanya pada pinggir ostium internum yang
terdapat jaringan plasenta.
4.
Plasenta letak rendah :
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang dari 2cm
dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari
2cm dianggap sebagai plasenta letak normal.
Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi
berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
a.
Plasenta pervia
sentralis (totalis).
Bila
pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
b.
Plasenta previa lateralis
Bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta.
c.
Plasenta
previa lateralis dibagi menjadi 3, yaitu :
1)
Plasenta
lateralis posterior bila sebagian menutupi
ostium bagian belakang.
2)
Plasenta
previa leteralis anterior bila menutupi ostium
bagian depan.
3)
Plasenta
previa marginalis bila sebagian kecil
atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta (Norma, dkk., 2013).
2.3
Etiologi Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan implementasi
di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum
siap menerima implamantasi, endometrium yang tipis
sehingga diperluaskan plasenta untutk mampu memberikan nutrisi pada
janin dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
Etiologi plasenta previa belum diketahui
secara pasti. Frekuensi plasenta previa menigkat pada grande multipara,
primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, dan
leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut
beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu:
Menurut
Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu:
1.
Endometrium yang inferior.
2.
Chorion leave yang persesiten.
3.
Korpus luteum yang
bereksi lambat.
Strassman mengatakan bahwa faktor
terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang meyebabkan artofi
dan peradangan, sedangkan Brown menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili
korealis persisten pada desidua kapsularis.
Etiologi plasenta previa belum diketahui
pasti namun menigkat pada grande muli para, primigravida tua, bekas secio
sesarea, bekas operasi dan leioma uteri. (Norma, dkk., 2013).
2.4
Faktor Resiko Plasenta Previa
Menurut Mochtar yang dikutip pada buku
Norma (2013), ada beberapa faktor
resiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
1.
Usia >35 tahun atau
<20 tahun.
2.
Paritas.
3.
Riwayat pembedahan rahim.
4.
Jarak persalinan yang
dekat <2tahun.
5.
Hipoplasia endometrium.
6.
Korpus luteum bereaksi lambat.
Menurut Sheiner yang dikutip pada buku
Norma (2013), faktor resiko lainnya yang berhubungan dengan plasenta previa
yaitu:
a.
Terdapat jaringan perut.
b.
Riwayat plasenta previa sebelumnya.
c.
Tumor-tumor rahim
seperti mioma uteri.
d.
Kehamilan ganda.
e.
Merokok.
2.5
Patofisiologi Plasenta Previa
Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila
plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah
terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus
yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena
robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan
plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis
akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah yang mungkin baru
berdarah setelah persalinan mulai (Sumapraja S, 2009).
2.6
Gambaran Kinik Plasenta Previa
Tanda dan gejala plasenta previa menurut
Sarwono Prawihardjo (2009) yaitu, Ciri yang menonjol pada plasenta previa
adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan
biasanya baru terjadi akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama
berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa
suatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian jadi berulang. Pada
setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti
mengalir.
Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta.
Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi
sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai
pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen
bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan.
Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada
retensio plasenta, sebagai komplikasi plasenta akreta.
Berhubung plasenta terletak pada bagian
bawah, pada palpasi abdomen sering ditemui bagian bawah janin masih tinggi
diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen
tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang. Pada ibu,
tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit
demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkan anemia sampai syok. Pada janin turunnya bagian terbawah janin ke
dalam Pintu Atas Panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan
letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin
dalam rahim.
2.7
Diagnosis Plasenta Previa
Untuk menegakan diagnosia pasti kejadian
plasenta previa. Hal- hal yang harus dilakukan menurut Ai yeyeh,dkk. 2010:
1.
Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan
>22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan terutama pada multigravida.
Perdarahan cenderung berulang pada volume yang lebih banyak dari sebelumnya,
perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.
2.
Inspeksi
Dapat dilihat pada perdarahan yang
keluar pervaginam, banyak, sedikit atau darah beku (stolsel). Bila terjadi
perdarahan banyak maka ibu terlihat pucat atau anemis.
3.
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam
batas normal. Bila tekanan darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah
akral menjadi dingin atau tampak anemis.
4.
Pemeriksaan Khusus Kebidanan
1.
Palpasi Abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai
dengan usia kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta berada
pada segmen bawah rahim. Bila cukup
pengalaman
bisa dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu
yang kurus.
2.
Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin bervarisi dari
normal menjadi asfiksia dan kemudian kematian dalam rahim.
3.
Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati
dan dilihat asal perdarahan apakah dari segmen bawah rahim atau kelainan
serviks, vagina dan varises pecah.
4.
Pemeriksan penunjang
a)
Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukan 40 cc larutan NaCl 12,5%
kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila jarak kepala janin
dan kandung kemih 1cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.
2.8 Komplikasi
plasenta previa
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa
terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta previa menurut Saifuddin AB
(2008), yakni :
1.
pada ibu
1.
Anemia
Oleh karena pembekuan segmen rahim
terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya diuterus
dapat berulang dan semakin banak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat
dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2.
Perdarahan
Serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh
perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua
tindakan manual di tempat ini biasanya pada waktu mengeluarkan anak melalui
insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan
tangan pada retensio plasenta.
Apabila oleh salah satu sebab terjadi
perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana
seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina, ligasi arteria
ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada keadaan
yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi
total. Morbiditas dari semua tidakan tentu merupakan komplikasi tidak langsung
dari plasenta previa.
b.
Komplikasi pada janin
1)
Kelainan letak
Pada plasenta previa lebih sering
terjadi kelainan letak janin. Hal ini memaksa lebih sering diambil tidakan
opersi dengan segala konsekuensinya.
2. Kelahiran prematur dengan gawat janin.
Kelahiran prematur dan gawat janin
sering tidak terhindarkan sebagian ooleh karena tindakan terminasi kehamilan
yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan >37
minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru , janin dan pemberian kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
2.9 Penatalaksanaan
1.
Terapi ekspektatif
(pasif)
Tujuan
ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik
(Prawirohardjo, 2006).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
a.
Perdarahan sedikit
kadar Hb > 8 gr%, dengan keaddan umum baik.
b.
Usia kehamilan <
37 minggu.
c.
Janin Hidup
d.
Belum inpartu.
Tindakan :
1.
Tirah baring
mobilisasi bertahap
2.
Steroid pada
kehamilan <32 minggu :
·
12 mg/24 jam IV/IM
: 2 X
·
6 mg/12 jam IV/IM : 4 X
3.
Melakukan USG
2.
Terapi aktif
Kriteria :
a.
Perdarahan banyak,
KU jelek dan syok
b.
Inpartu
c.
Usia kehamilan >
37 minggu atau taksiran berat janin > 2500 gr.
d.
Janin mati.
Tindakan :
a.
Perbaiki KU :
infus, atasi syok dan transfusi darah.
b.
Bila KU jelek
setelah syok teratasi segera seksio sesar, sedangakan bila KU baik PDMO.
Penatalaksanaan
untuk kasus plasenta previa totalis dengan usia kehamilan 38 minggu, harus di
Seksio sesarea, karena letak plasenta yang menutupi jalan lahir secara
menyeluruh yang mengakibatkan kepala tidak bisa turun ke rongga panggul.
Prinsip utama
dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga
walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap
dilakukan (Prawirohardjo, 2006).
Tujuan seksio sesarea antara lain:
(a)
Melahirkan janin dengan
segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
(b)
Menghindari kemungkinan
terjadinya robekan pada cervik uteri,
jika janin dilahirkan pervaginam. Tempat implantasi
plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga cerviks uteri dan segmen
bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi
plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi
dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
2.10 Tindakan
Segera Bidan
1.
Jika klien terdeteksi
dengan plasenta previa, segera lakukan kolaborasi dengan dokter spesial obgyn
untuk dilakukan tindakan.
Dasarnya
: Segera melakukan rujukan/kolaborasi dengan dokter untuk penanganan kasus ini
agar dapat dilakukan secsio sesarea ataupun dilakukan terminasi.
2.
Pemberian cairan
Intravena
Dasarnya
: Dilakukan apabila ibu tampak lelah dan kekurangan cairan.
3.
Mengatasi syok dan
perdarahan pada ibu.
Dasarnya
: Segera mengatasi syok dan perdarahan pada ibu agar tidak terjadi perdarahan
yang semakin banyak.
4.
Anjurkan keluarga untuk
menyiapkan donor darah.
Dasarnya
: Karena mengalami perdarahan yang banyak maka ibu dengan plasenta previa
membutuhkan pendonor darah untuk mengganti darah yang telah banyak dikeluarkan.
5.
Persiapan untuk
melakukan rujukan .
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan
disingkat “BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut :
1. B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh
tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
kegawatdaruratan.
2. A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop.
3. K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir
ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain
harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
4. S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi
identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau
obat-obat yang telah diterima ibu.
5. O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk.
6. K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat
rujukan dalam waktu cepat.
7. U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di
tempar rujukan.
8. DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu
membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan.
SOAP
Data Subjektif
1.
Ibu mengatakan bernama Ny. Y umur 35 tahun
2.
Ibu mengatakan ini kehamilan kedua dan belum pernah keguguran.
3.
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 7 Oktober 2014
4.
Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari jalan lahir berwarna merah segar, encer
dan tidak disertai rasa nyeri pada pukul 17.00 WIB.
Data Objektif
1.
Keadaan umum : baik
2.
TTV :
TD : 100/70 mmHg N : 86 x/menit
R : 24 x/menit S
: 36,8 C
3. Ekstremitas : terpasang infus RL 20 tetes/menit di tangan kiri
4. Leopold I : TFU pertengahan
processus xyphoideus
dan pusat, fundus teraba bulat lunak dan tidak
melenting ( bokong ).
melenting ( bokong ).
Leopold II : kanan
teraba keras memanjang
seperti papan
(punggung). Kiri teraba bagian - bagian kecil janin
(ekstremitas).
(punggung). Kiri teraba bagian - bagian kecil janin
(ekstremitas).
Leopold
III :
teraba bulat, keras, melenting (kepala janin)
Leopoid
IV :
bagian terendah janin belum masuk PAP ( konvergen )
5. TFU Mc Donald: 30 cm
6.
TBJ :
(30-12) x 155
: 2790 gram
7. Auskultasi
DJJ
Punctum
Maksimum : kanan bawah pusat
Frekuensi :
144 x/menit
Teratur/
tidak :
teratur
8. PPV : ada, berwarna merah segar, encer
penuh ±50cc
9. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium : Hb : 8,9 gr/dl
- USG
Tampak
janin tunggal intra uteri, preskep, memanjang, DJJ +, plasenta insersi di
segmen bawah rahim menutupi OUI. Air ketuban kesan banyak. Tidak tampak jelas
kelainan, kesan saat ini janin dalam keadaan baik.
Analisa
Diagnosa
: Ny. Y G2P1A0 dengan plasenta previa totalis , janin tunggal hidup, presentasi
kepala.
Penatalaksanaan
A.
Tindakan Segera
Kolaborasi
dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi
- Infus RL 20 tpm
- Sulfas Ferosus 60 mg 2x1
- Antibiotik Ampicilin 1gr/ 8 jam (skin
test dulu)
B.
Rencana Tindakan
Tanggal
: Pukul
:
1. Observasi keadaan umum dan tanda –
tanda vital tiap 4 jam
2. Observasi
DJJ, banyaknya perdarahan, dan pantau bila sewaktu-waktu ada
his tiap 2 jam
his tiap 2 jam
3. Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk
pemberian terapi
- Sulfas ferosus 60 mg 2x1 kapsul
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tablet
- Ampicilin 1gr / 8 jam ( skin test
dulu ) via IV
- Dexamethazone 5 mg/ 12 jam via IV
- Asam tranexamat 500 mg / 8 jam via IV
4. Berikan informasi kepada ibu dan
keluarga tentang keadaan yang dialami ibu
5. Anjurkan ibu untuk bedrest total, bila
BAB atau BAK anjurkan ibu memakai pispot
6. Anjurkan ibu untuk menjaga personal
hygiene dengan mengganti pembalut bila sudah penuh dan cebok dari arah depan ke
belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
7. Menganjurkan pada keluarga agar selalu
mendampingi ibu.
Implementasi
/ Pelaksanaan
Tanggal
: pukul
:
1. Pukul 20.25 WIB mengobservasi keadaan
umum dan tanda – tanda vital tiap 4 jam
2. Pukul 20.28 WIB mengobservasi DJJ,
banyaknya perdarahan, dan pantau bila
sewaktu-waktu ada his tiap 2 jam
3. Pukul 20.30 WIB melakukan kolaborasi
dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi
- Sulfas ferosus 60 mg 2x1 kapsul
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tablet
- Ampicilin 1gr / 8 jam ( skin test
dulu ) via IV
- Dexamethazone 5 mg/ 12 jam via IV
- Asam tranexamat 500 mg / 8 jam via
IV.
4. Pukul
20.40 WIB memberitahu ibu tentang keadaan yang dialaminya bahwa ibu mengalami
plasenta previa totalis yaitu plasenta yang letaknya tidak normal sampai
menutupi seluruh jalan lahir sehingga ibu tidak dapat melahirkan secara normal
melainkan harus dengan SC bila umur kehamilan sudah cukup bulan. Saat ini ibu dan
janin yang dikandungnya dalam keadaan baik.
5. Pukul
20.44 WIB menganjurkan ibu untuk bedrest total, bila ingin BAB atau BAK dengan
menggunakan pispot.
6. Pukul
20.45 menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan
mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
7. Pukul
20.48 WIB menganjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi
ibu.
ibu.
Evaluasi
Tanggal
: pukul : 21.00 WIB
1. Sudah dilakukan pemantauan keadaan umum
ibu dan tanda-tanda vital,
hasilnya :
hasilnya :
- Keadaan umum : baik
- TTV TD :
100/70 mmHg
N :
84 x/menit
R :
23 x/menit
S :
37 0C
2. Sudah dilakukan pemantauan Djj,
perdarahan, dan his. Hasilnya :
- Djj : 148 x/menit
- Perdarahan : darah berwarna merah segar, encer ± 10cc
- His : tidak ada
3. Sudah dilakukan pemberian terapi sesuai
advis dokter :
a. Sudah
dilakukan skin test, setelah di observasi tidak ada tanda- tanda
kemerahan / alergi disekitar kulit yang disuntik.
kemerahan / alergi disekitar kulit yang disuntik.
b. Sudah dilakukan pemberian terapi
injeksi via IV pada pukul 20.30 WIB
- Ampicilin 1gr
- Dexamethazone 5 mg
- Asam tranexamat 500 mg
c. Sudah dilakukan pemberian terapi oral dan ibu sudah
meminumnya pada
pukul 20.45 WIB
pukul 20.45 WIB
- Sulfas ferosus 60 mg 2x1 kapsul
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tablet
4. Ibu
sudah mengerti tentang keadaan yang dialaminya saat ini dan ibu
merasa lega setelah mengetahui bahwa ibu dan janin dalam kandungannya dalam keadaan baik.
merasa lega setelah mengetahui bahwa ibu dan janin dalam kandungannya dalam keadaan baik.
5. Ibu
bersedia untuk bedrest total dan ibu bersedia untuk BAK dan BAB
menggunakan pispot
menggunakan pispot
6. Ibu
bersedia untuk selalu menjaga personal hygiene yaitu dengan
mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
7. Keluarga
bersedia untuk selalu mendampingi ibu, dan sekarang ibu merasa
lebih nyaman.
lebih nyaman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada
implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya perdarahan tanpa rasa sakit ;
keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum sebelumnya,
jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada
ibu dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat
kelainan letak atau bagian terendah belum
masuk PAP.
Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan
jumlah darah yang hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah
besar dalam waktu singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi
nadi meningkat dan tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari dingin,
perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.
3.2
Saran
Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang
tidak disertai rasa sakit. Oleh karena itu tidak boleh dilakukan pemeriksaan
dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan di kamar operasi menjelang
tindakan. Karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan menimbulkan
perdarahan baru. Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan
tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut :
a. Pasang
infus dengan cairan pengganti ( NaCl,
Ringer Laktat, Glukosa).
b. Jangan
melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan tambah banyak.
c. Segera
lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk
tindakan operasi dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Endjun JJ.2001. Plasenta Previa Jakarta:Kuliah FK UPN
Veteran/RSPAD
Gatot Soebroto,
Gatot Soebroto,
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan
Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika