Senin, 06 Agustus 2018

makalah plasenta previa


BAB I
PENDAHULUAN

A.             Latar Belakang

Angka kematian ibu berkaitan erat dengan tingginya kasus kehamilan resiko tinggi, yaitu yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi besar yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan maupun pada masa nifas (Hadijanto, 2008).
Adapun penyebab dari tingginya angka kematian ibu di dunia dapat dikelompokan menjadi dua yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung meliputi perdarahan (11%), partus lama (9%), dan penyebab lainnya (15%). Sedangkan penyebab tidak langsung diantaranya: faktor pendidikan rendah, sosial, ekonomi rendah, sistem pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan lain-lain (Manuaba, 2008).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyatakan bahwa angka kematian ibu  di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan sebesar 27%, eklamsia sebesar 23%, infeksi sebesar 11%, partus lama macet sebesar 5%, emboli obstetrik sebesar 5%, komplikasi saat nifas sebesar 8%, dan lain lain sebesar 11% (Depkes RI, 2007).
Penyebab langsung kematian ibu oleh karena perdarahan sampai saat ini masih memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun dinegara maju, terutama pada kelompok sosial ekonomi lemah. Perdarahan dapat terjadi sebelum persalinan (antepartum bleeding) seperti abortus, plasenta previa, dan solusio plasenta, dan inversi uterus (Hadijanto, 2008).
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasi atau letaknya tidak normal, tumbuh pada segmen bawah rahim, pada zona dilatasi, sehingga menghubungkan atau menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Plasenta yang normal terletak atau berimplantasi lebih dari 2 cm dari ostium uteri internum. Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim setelah plasenta tersebut bermigrasi (Wardana GA, Karkata MK, 2007).
Penyebab plasenta previa di Indonesia masih sangat tinggi karena di sebabkan oleh banyak melahirkan anak menurut Wardana dan Karkata (2002). Paritas terhadap kejadian plasenta previa lebih besar karena dipengaruhi oleh umur, paritas, riwayat abortus, dan riwayat seksio saesarea, plasenta previa pada ibu yang berumur 35 tahun 2 kali lebih besar, multivaritas beresiko sebesar 1,3 kali, sedangkan riwayat abortus resiko plasenta previa sebesar 4 kali dan pada riwayat seksio saesarea tidak ditemukan faktor resiko terjadinya plasenta previa (Sari, 2008).
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita melalui program Jampersal (Jaminan Persalinan) yang digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan.
Angka Kematian Ibu di kota Tasikmalaya tersendiri masih cukup tinggi, memperhitungkan bahwa AKI Keseluruhan diakibatkan oleh Perdarahan, Abortus, Anemia, di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2015 sebanyak 29 orang dan AKB sebanyak 147 orang. Rumah sakit umum Dr. Soekardjo Tasikmalaya merupakan rumah sakit tingkat kabupaten kota kelas B yang sudah memiliki Pelayanan Obstetri dan Neonatal Komprehensif (PONEK). Berdasarkan data yang diperoleh dari bulan Januari sampai Desember 2015, terdapat ibu hamil dengan plasenta previa sebanyak 18 kasus (Rekam Medik RSUD Dr. Soekardjo, 2016).
Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk mengambil Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Plasenta Previa Totalis di Ruang 1 RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya” dengan menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah Varney.

B.                             Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah kami adalah “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. Y G2P1A0 umur 35 tahun hamil 38 minggu dengan plasenta previa totalis di BPM Poltekkes Kemenkes Palembang?

C.             Tujuan

1.               Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan plasenta previa totalis di ruang mawar BPM Poltekkes Palembang.
2.          Tujuan Khusus
a.               Mahasiswa mampu :
1)              Melaksanakan pengkajian data dasar terhadap ibu hamil umur 35 tahun hamil 38 minggu dengan plasenta previa totalis secara lengkap dan sistematis.
2)              Melakukan interpretasi data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu hamil umur 35 tahun hamil 38 minggu dengan plasenta previa totalis.
3)              Menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil umur 35 tahun hamil 38 minggu dengan plasenta previa totalis.
4)              Melaksanakan antisipasi atau kebutuhan yang memerlukan penanganan segera pada ibu hamil umur 35 tahun hamil 38 minggu dengan plasenta previa totalis.
5)              Merencanakan asuhan kebidanan menyeluruh pada ibu hamil umur 35 tahun hamil 38 minggu dengan plasenta previa totalis.
6)              Melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil umur 35 tahun hamil 38 minggu dengan plasenta previa totalis.

D.         Manfaat

1.          Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan landasan teori mengenai plasenta previa.
2.          Praktis
Makalah ini diharapkan mampu memberikan landasan ilmiah dalam penanganan pada kondisi plasenta previa.
3.        Bagi Pasien
Dapat memberikan informasi khususnya pada ibu hamil tentang tanda-tanda perdarahan yang abnormal yang terjadi pada saat kehamilan khususnya kasus perdarahan dengan plasenta previa totalis sehingga mendapat penanganan segera mungkin untuk menghindari kegawat daruratan dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
4.        Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan plasenta previa sehingga dapat menigkatkan mutu layanan kebidanan di Rumah Sakit.
5.        Bagi Institusi
Dapat menambah referensi dan sumber bacaan di perpustakaan tentang rencana dan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan plasenta previa.
6.        Bagi Profesi
Dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi bidan untuk meningkatkan mutu pelayanan profesi sesuai standar asuhan kebidanan dan pelaksanaan deteksi, serta penanganan kegawat daruratan karena plasenta previa.
7.        Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman yang nyata, serta keterampilan bagi penulis tentang penatalaksanaan asuhan kebidanan dengan plasenta


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.        Konsep Dasar Plasenta Previa

2.1  Definisi
Plasenta   previa    berasal    dari kata  prae  yang    berarti    depan   dan vias yang berarti jalan, jadi artinya di depan jalan lahir atau menutupi jalan lahir (Marta adi soebrata, 2008). Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Jurnal kesehatan Poltekkes Surakarta. Agustus (2015).
Sejalan dengan bertambah membesarnya segmen bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta (Ari, 2009).

2.2  Klasifikasi
1.        Plasenta previa totalis      : Seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta.
2.        Plasenta previa parsialis : Hanya sebagian dari ostium yang tertutup oleh plasenta.
3.        Plasenta previa marginalis: Hanya pada pinggir ostium internum yang terdapat jaringan plasenta.
4.        Plasenta letak rendah       : Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang dari 2cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap sebagai plasenta letak normal.
Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
a.   Plasenta pervia sentralis (totalis).
       Bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
b.   Plasenta previa lateralis
Bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta.
c.   Plasenta previa lateralis dibagi menjadi 3, yaitu :
1)         Plasenta lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian belakang.
2)         Plasenta previa leteralis anterior bila menutupi ostium bagian depan.
3)         Plasenta previa marginalis bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta (Norma, dkk., 2013).

2.3         Etiologi Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implamantasi, endometrium yang tipis sehingga diperluaskan plasenta untutk mampu memberikan nutrisi pada janin dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa menigkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu:
Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu:
1.             Endometrium yang inferior.
2.             Chorion leave yang persesiten.
3.             Korpus luteum yang bereksi lambat.
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang meyebabkan artofi dan peradangan, sedangkan Brown menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili korealis persisten pada desidua kapsularis.
Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun menigkat pada grande muli para, primigravida tua, bekas secio sesarea, bekas operasi dan leioma uteri. (Norma, dkk., 2013).

2.4         Faktor Resiko Plasenta Previa
Menurut Mochtar yang dikutip pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
1.             Usia >35 tahun atau <20 tahun.
2.             Paritas.
3.             Riwayat pembedahan rahim.
4.             Jarak persalinan yang dekat <2tahun.
5.             Hipoplasia endometrium.
6.             Korpus luteum bereaksi lambat.
Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko lainnya yang berhubungan dengan plasenta previa yaitu:
a.    Terdapat jaringan perut.
b.    Riwayat plasenta previa sebelumnya.
c.    Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri.
d.    Kehamilan ganda.
e.    Merokok.

2.5         Patofisiologi Plasenta Previa
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Sumapraja S, 2009).

2.6              Gambaran Kinik Plasenta Previa
Tanda dan gejala plasenta previa menurut Sarwono Prawihardjo (2009) yaitu, Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa suatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.
 Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta. Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta, sebagai komplikasi plasenta akreta.
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, pada palpasi abdomen sering ditemui bagian bawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok. Pada janin turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim.

2.7              Diagnosis Plasenta Previa
Untuk menegakan diagnosia pasti kejadian plasenta previa. Hal- hal yang harus dilakukan menurut Ai yeyeh,dkk. 2010:
1.                  Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan terutama pada multigravida. Perdarahan cenderung berulang pada volume yang lebih banyak dari sebelumnya, perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.
2.                  Inspeksi
Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak, sedikit atau darah beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat pucat atau anemis.
3.                  Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal. Bila tekanan darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi dingin atau tampak anemis.
4.                  Pemeriksaan Khusus Kebidanan
1.    Palpasi Abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta berada pada segmen bawah rahim. Bila cukup
pengalaman bisa dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu yang kurus.
2.    Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin bervarisi dari normal menjadi asfiksia dan kemudian kematian dalam rahim.
3.    Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal perdarahan apakah dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks, vagina dan varises pecah.
4.    Pemeriksan penunjang
a)                   Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukan 40 cc larutan NaCl 12,5% kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila jarak kepala janin dan kandung kemih 1cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.

2.8  Komplikasi plasenta previa
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta previa menurut Saifuddin AB (2008), yakni :
1.                  pada ibu
1.          Anemia
Oleh karena pembekuan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat berulang dan semakin banak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2.          Perdarahan
Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di tempat ini biasanya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
 Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina, ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total. Morbiditas dari semua tidakan tentu merupakan komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.

b.             Komplikasi pada janin
1)              Kelainan letak
Pada plasenta previa lebih sering terjadi kelainan letak janin. Hal ini memaksa lebih sering diambil tidakan opersi dengan segala konsekuensinya.
2.       Kelahiran prematur dengan gawat janin.
          Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian ooleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan >37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru    , janin  dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.

2.9   Penatalaksanaan
1.             Terapi ekspektatif (pasif)
          Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik (Prawirohardjo, 2006).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
a.          Perdarahan sedikit kadar Hb > 8 gr%, dengan keaddan umum baik.
b.          Usia kehamilan < 37 minggu.
c.          Janin Hidup
d.          Belum inpartu.
Tindakan         :
1.                  Tirah baring mobilisasi bertahap
2.                  Steroid pada kehamilan <32 minggu :
·     12 mg/24 jam IV/IM : 2 X
·     6 mg/12 jam IV/IM   : 4 X
3.                  Melakukan USG

2.          Terapi aktif
Kriteria                 :
a.         Perdarahan banyak, KU jelek dan syok
b.        Inpartu
c.         Usia kehamilan > 37 minggu atau taksiran berat janin > 2500 gr.
d.        Janin mati.
Tindakan :
a.         Perbaiki KU : infus, atasi syok dan transfusi darah.
b.        Bila KU jelek setelah syok teratasi segera seksio sesar, sedangakan bila KU baik PDMO.
       Penatalaksanaan untuk kasus plasenta previa totalis dengan usia kehamilan 38 minggu, harus di Seksio sesarea, karena letak plasenta yang menutupi jalan lahir secara menyeluruh yang mengakibatkan kepala tidak bisa turun ke rongga panggul.
       Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan (Prawirohardjo, 2006).
          Tujuan seksio sesarea antara lain:
(a)    Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
(b)   Menghindari kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga cerviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.

2.10     Tindakan Segera Bidan
1.                  Jika klien terdeteksi dengan plasenta previa, segera lakukan kolaborasi dengan dokter spesial obgyn untuk dilakukan tindakan.
Dasarnya : Segera melakukan rujukan/kolaborasi dengan dokter untuk penanganan kasus ini agar dapat dilakukan secsio sesarea ataupun dilakukan terminasi.
2.                  Pemberian cairan Intravena
Dasarnya : Dilakukan apabila ibu tampak lelah dan kekurangan cairan.
3.                  Mengatasi syok dan perdarahan pada ibu.
Dasarnya : Segera mengatasi syok dan perdarahan pada ibu agar tidak terjadi perdarahan yang semakin banyak.
4.                  Anjurkan keluarga untuk menyiapkan donor darah.
Dasarnya : Karena mengalami perdarahan yang banyak maka ibu dengan plasenta previa membutuhkan pendonor darah untuk mengganti darah yang telah banyak dikeluarkan.
5.                  Persiapan untuk melakukan rujukan .
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat “BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut :
1.      B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
2.      A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop.
3.      K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
4.      S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu.
5.      O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk.
6.      K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
7.      U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan.
8.      DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan. 














SOAP
Data Subjektif
1. Ibu mengatakan bernama Ny. Y umur 35 tahun
2. Ibu mengatakan ini kehamilan kedua dan belum pernah keguguran.
3. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 7 Oktober 2014
4. Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari jalan lahir berwarna merah segar, encer dan tidak disertai rasa nyeri pada pukul 17.00 WIB.

Data Objektif            
1. Keadaan umum       : baik
2. TTV                         : TD : 100/70 mmHg               N : 86 x/menit
   R   : 24 x/menit                    S : 36,8 C
3.         Ekstremitas     : terpasang infus RL 20 tetes/menit di tangan kiri
4.         Leopold I        : TFU   pertengahan processus xyphoideus
dan pusat, fundus     teraba  bulat lunak dan tidak
 melenting ( bokong ).
Leopold II                   : kanan  teraba  keras  memanjang  seperti papan
               (punggung). Kiri teraba bagian - bagian kecil janin
               (ekstremitas).
Leopold III                 : teraba bulat, keras, melenting (kepala janin)
Leopoid IV                 : bagian  terendah  janin belum masuk PAP   ( konvergen )
5.         TFU Mc Donald: 30 cm
6.         TBJ     :
 (30-12) x 155 : 2790 gram
7.         Auskultasi
DJJ     
Punctum Maksimum   : kanan bawah pusat
Frekuensi                     : 144 x/menit
Teratur/ tidak              : teratur
8.         PPV : ada, berwarna merah segar, encer penuh ±50cc
9.         Pemeriksaan Penunjang
-           Laboratorium : Hb : 8,9 gr/dl
-           USG
Tampak janin tunggal intra uteri, preskep, memanjang, DJJ +, plasenta insersi di segmen bawah rahim menutupi OUI. Air ketuban kesan banyak. Tidak tampak jelas kelainan, kesan saat ini janin dalam keadaan baik.

Analisa
Diagnosa : Ny. Y G2P1A0 dengan plasenta previa totalis , janin tunggal hidup, presentasi kepala.

Penatalaksanaan
A. Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi
-           Infus RL 20 tpm
-           Sulfas Ferosus 60 mg 2x1
-           Antibiotik Ampicilin 1gr/ 8 jam (skin test dulu)

B. Rencana Tindakan
Tanggal :                     Pukul :
1.         Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital tiap 4 jam
2.         Observasi DJJ, banyaknya perdarahan, dan pantau bila sewaktu-waktu ada
 his tiap 2 jam
3.         Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi
-           Sulfas ferosus 60 mg   2x1 kapsul
-           Asam Mefenamat 500 mg       3x1 tablet
-           Ampicilin 1gr / 8 jam ( skin test dulu ) via IV
-           Dexamethazone 5 mg/ 12 jam via IV
-           Asam tranexamat 500 mg / 8 jam via IV
4.         Berikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan yang dialami ibu
5.         Anjurkan ibu untuk bedrest total, bila BAB atau BAK anjurkan ibu memakai pispot
6.         Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan mengganti pembalut bila sudah penuh dan cebok dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
7.         Menganjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi ibu.

Implementasi / Pelaksanaan
Tanggal :                     pukul :
1.         Pukul 20.25 WIB mengobservasi keadaan umum dan tanda – tanda vital tiap 4 jam
2.         Pukul 20.28 WIB mengobservasi DJJ, banyaknya perdarahan, dan  pantau bila sewaktu-waktu ada his tiap 2 jam
3.         Pukul 20.30 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi
-           Sulfas ferosus  60 mg 2x1 kapsul
-           Asam Mefenamat        500 mg 3x1 tablet
-           Ampicilin 1gr / 8 jam ( skin test dulu ) via IV
-           Dexamethazone 5 mg/ 12 jam via IV
-           Asam tranexamat 500 mg / 8 jam via IV.
4.         Pukul 20.40 WIB memberitahu ibu tentang keadaan yang dialaminya bahwa ibu mengalami plasenta previa totalis yaitu plasenta yang letaknya tidak normal sampai menutupi seluruh jalan lahir sehingga ibu tidak dapat melahirkan secara normal melainkan harus dengan SC bila umur kehamilan sudah cukup bulan. Saat ini ibu dan janin yang dikandungnya dalam keadaan baik.
5.         Pukul 20.44 WIB menganjurkan ibu untuk bedrest total, bila ingin BAB atau BAK dengan menggunakan pispot.
6.         Pukul 20.45 menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan
 mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
7.         Pukul 20.48 WIB menganjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi
 ibu.
Evaluasi
Tanggal :                                 pukul : 21.00 WIB
1.         Sudah dilakukan pemantauan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital,
            hasilnya :
-           Keadaan umum           : baik
-           TTV                 TD       : 100/70 mmHg
N         : 84 x/menit
R         : 23 x/menit
S          : 37 0C
2.         Sudah dilakukan pemantauan Djj, perdarahan, dan his. Hasilnya :
-           Djj                   : 148 x/menit
-           Perdarahan      : darah berwarna merah segar, encer ± 10cc
-           His                   : tidak ada
3.         Sudah dilakukan pemberian terapi sesuai advis dokter :
a.         Sudah dilakukan skin test, setelah di observasi tidak ada tanda- tanda
 kemerahan / alergi disekitar kulit yang disuntik.
b.         Sudah dilakukan pemberian terapi injeksi via IV pada pukul 20.30 WIB
-           Ampicilin 1gr
-           Dexamethazone 5 mg
-           Asam tranexamat 500 mg
c.         Sudah  dilakukan pemberian   terapi oral dan ibu sudah meminumnya pada
 pukul 20.45 WIB
-           Sulfas ferosus  60 mg 2x1 kapsul
-           Asam Mefenamat        500 mg 3x1 tablet
4.         Ibu sudah mengerti tentang keadaan yang dialaminya saat ini dan ibu
 merasa lega setelah mengetahui bahwa ibu dan janin dalam kandungannya dalam keadaan baik.
5.         Ibu bersedia untuk bedrest total dan ibu bersedia untuk BAK dan BAB
 menggunakan pispot
6.         Ibu bersedia untuk selalu menjaga personal hygiene yaitu dengan
 mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
7.         Keluarga bersedia untuk selalu mendampingi ibu, dan sekarang ibu merasa
 lebih nyaman.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya perdarahan tanpa rasa sakit ; keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada ibu dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat kelainan letak atau  bagian terendah belum masuk PAP.
Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.

3.2 Saran
Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit. Oleh karena itu tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan di kamar operasi menjelang tindakan. Karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan akan menimbulkan perdarahan baru. Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut :
a.    Pasang infus dengan cairan pengganti (  NaCl, Ringer Laktat, Glukosa).
b.    Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan tambah banyak.
c.    Segera lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya.



DAFTAR PUSTAKA

Endjun JJ.2001. Plasenta Previa Jakarta:Kuliah FK UPN Veteran/RSPAD   
        Gatot Soebroto,
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.  
     Yogyakarta : Nuha Medika